Episode Qiyadah Dan Jundiyah

Sunday, October 20, 2013

Islamedia - Oleh : Ustadz Fathurahman Al Fath
Rasulullah SAW menunjuk ‘Amr ibn Al ‘Ash
beberapa saat sesudah dia masuk Islam untuk
menjadi komandan satuan yang di dalamnya
bergabung para shahabat senior termasuk Abu
Bakr dan ‘Umar. Malamnya, saat mereka
berkemah, tiba-tiba ‘Amr memerintahkan
semua memadamkan api. ‘Umar tersinggung.
Terlihat olehnya pasukan itu kedinginan, dan
beberapa yang lain sedang memasak makanan.
”Tidak, jangan matikan apinya!”, seru ‘Umar.
Abu Bakr yang ada di sampingnya langsung
menegur, ”Wahai ‘Umar, dia pemimpin yang
ditunjuk Rasulullah untuk kita. Taatlah pada
Allah, RasulNya, dan pemimpinmu!” ‘Umar
masih menggerutu. Tetapi beberapa saat
kemudian dia menyadari ‘Amr benar. Bunyi
ringkik dan tapak kaki kuda patroli musuh,
ratusan agaknya, terdengar begitu
mengerikan. Tetapi kafilah patroli itu lewat
saja. Maka Abu Bakr pun tersenyum padanya.
Hari berikutnya, ‘Amr memerintahkan
pasukannya berhenti di luar perkampungan
kabilah yang akan diserang. ”Aku akan masuk.
Jika aku tak kembali hingga mentari
tergelincir, kalian serbulah ke dalam!” ‘Umar
protes lagi. ”Jika kau ingin syahid, kami semua
juga! Tetaplah kita bersama!” Dengan lirikan,
kembali Abu Bakr mengingatkan ‘Umar. Dan
‘Umar pun patuh. Beberapa waktu kemudian,
‘Amr telah kembali bersama pemimpin kabilah
yang telah masuk Islam bersama pengikutnya,
atas diplomasi ‘Amr. Kabilah itu tunduk, tanpa
setetes darahpun tertumpah.
Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil
dari fragmen di atas. Pertama, bahwa
Rasulullah SAW dengan jenius telah berhasil
membangun basis manajemen yang sangat
ampuh dalam membangun organisasi yang
sangat baik. Beliau SAW tidak ragu
mengangkat seorang yang baru masuk Islam
untuk menjadi seorang panglima satuan yang
di dalamnya terdapat para sahabat senior.
Yang artinya seorang pemimpin hendaknya
tahu dan dapat memilih seseorang pada posisi
yang tepat disesuaikan dengan kafaahnya.
Kedua, senioritas seseorang tidak kemudian
membuat orang tersebut dapat menentukan
kebijakan dan bahkan memaksakan
keinginannya kepada orang yang notabene
masih sangat baru dalam dakwah. Kita tahu
bagaimana cerdasnya 'Umar bin Khathab,
namun ternyata di balik senioritas dan
kecerdasan yang dia miliki, dia harus
mengakui bahwa ada orang yang lebih baik
daripada dirinya dalam urusan-urusan
tertentu. Kita juga dapat meneladani ketaatan
dan penghargaan Abu Bakar RA terhadap
pemimpin.
Pemimpin yang baik yang bisa membuat
keputusan yang tepat dan memiliki al-
bashirah bit tadbir (kemampuan manajemen
yang baik) berhak untuk ditaati dan dipercaya
oleh siapapun bawahannya. Sesenior apapun
seorang bawahan, harus mampu menempatkan
pemimpin dalam posisi di atas. Dan karena
pengalamannya, kader senior tentu punya hak
untuk memberi masukan yang positif agar
sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik.
Dan pemimpin harus ikhlas dan sabar ketika
mendapat kritik.
"...Jadilah kalian orang yang rabbani, yaitu
yang mempelajari al-kitab dan
mengajarkannya." (QS.3:79)
"Katakanlah: Inilah jalanku, berdakwah kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, aku dan
orang-orang yang mengikutiku...." (QS.
12:108)
Wallahualam

You Might Also Like

0 comments

makasih ya udah baca :)
tambah makasih kalo mau kasih comment dibawah ini ^____^

Popular Posts

Featured post

Disclaimer

Sumber: di sini Saat kemarin membuka blog ini setelah 3 tahun 3 bulan 15 hari berlalu.. saya akhirnya mulai merapikan blog ini kembali ...

My Latest Vlog on Youtube

My latest post on instagram