Ya, Derita cukup sering mampir dalam kehidupan manusia, mestinya sih ia berada di tempat yg tersembunyi, tetapi sebagian kita gagal menyimpannya.

Ada yg menampilkannya lewat mimik wajah yg mengharubiru, dengan segera mengundang simpati banyak orang.

Ada yg meminta agar dunia mengerti suasana dirinya seraya ia berkata; "hari ini jangan ganggu aku yaa, salah2 kalian bisa dapet pelampiasan marahku". Hmmm, padahal ada atau tidak ancamanmu, dunia tetap berputar seperti biasa.

Sebagian lain tdk segera cerita tetapi teknologi informasi memfasilitasi "kesepian"-nya untuk segera berbagi lewat status sosmed; what's on your mind? Maka engkau memilih diam namun mempublikasikan deritamu kepada semesta.

Derita yg engkau publikasikan bukan sikap ahli suffah yg mulia dan dimuliakan Tuhan.

Tetapi, ada saja jenis orang yg menyediakan waktu menghiburmu, yg penuh ketulusan menyatakan kepadamu, "i will be your shoulder to cry on dear.."

Jujur, orang itu bukan berarti lebih bahagia. Ia terlihat kuat, tenang dan terjaga, hanya krn ia berjuang untuk itu semua; menahan penderitaan hidupnya untuk menghibur derita orang lain. Ia gak beda dengan dirimu yg banyak persoalan, namun ia tak mau di drive oleh si problem, sehingga sang problem pergi sia-sia.

Maka, banyak orang bertanya dan mengadu kepadanya. Apakah ini jenis orang suci? Tidak sama sekali. Ia sama dengan kita. Bedanya, ia malu menceritakan "kesusahan" dirinya. Ia enggan menyusahkan keadaan sekitarnya dengan kesusahan dirinya. Ia memilih utk memikirkan kepentingan orang lain ketimbang kesulitan yg tengah ia hadapi.

Di mana posisimu kini?

Turunlah sejenak dari ketinggianmu. Gua Hira itu aktif dikunjungi sang nabi sebelum mendapat wahyu, adapun setelahnya, beliau lebih banyak berada dalam pergerakan bersama sahabat2nya.

๑۞๑°•..enha..•°๑۞๑

Pintar itu penting, tapi beradab itu mendesak !
itu saja .