Satu kisah nyata semangat belajar Al Qur'an. dalam salah satu halaqah tahsin yg saya bina, ada dua orang peserta yg cukup unik. Dua orang tsb adalah Bapak dan Anaknya. Sang anak berusia 40 tahun-an, fisiknya tinggi besar dan kuat, namun kedua matanya buta. Tapi beliau bisa mengenali tangan seseorang ketika bersalaman. Dan ketika tahu yg dipegang adalah tangan saya, langsung dipegang dg kedua tanggannya dan mencium tangan saya, tanpa kuasa sy tolak krn fisiknya yg kekar dan kuat, sedangkan tubuh saya kecil dan krempeng (makanya banyak yg mengira saya masih anak SMA).Dan sang Bapak berusia 77 tahun mengalami penyakit stroke, tubuhnya selalu gemetar, dan kakinya kesulitan untuk berjalan jika tidak ada yg menuntun(memegangi), namun penglihatannya masih jelas. 

Jadilah Bapak dan Anak tsb saling bekerjasama berangkat ke masjid mengikuti pelajaran tahsin.

Sang Anak jadi penopang Bapaknya untuk berjalan, sedang sang Bapak menjadi penunjuk jalan bagi anaknya yg buta. Mereka berdua juga hampir tdk pernah absen. Sang bapak dg sangat berat membaca Al Qur'an dg anggota tubuhnya yg terus gemetar, namun tetap semangat dan berusaha maksimal. Sementara sang anak membaca dg Al Qur'an Braile, dan membawa alat tulis braile jg yg dg semangat mencatat setiap materi yg Saya sampaikan.

Namun dg bangga beliau katakan bahwa membaca dg Al qur'an braile memiliki satu keistimewaan, yaitu tdk terpengaruh dg lampu atau cahaya. Walaupun lampu mati di kegelapan malam, beliau masih tetap bisa membaca Al Qur'an. Allahu Akbar!!! Bagaimana semangat kita yg sehat wal 'afiat terhadap Al Qur'an?! Apa Udzur kita?!

(Ustadz Arham Lc. MH Al haafidz..)

Di kutip dari facebook beliau