Empat Kelemahan Kader-kader Dakwah

Friday, January 24, 2014

By: Nandang Burhanudin

Lazimnya sebuah perjuangan,
rintangan dan hambatan itu
menjadi niscaya. Ketika lawan
menebar hambatan, itu bermakna
kita ada kekuatan. Saat jaring-
jaring jebakan terpasang. Itu
berarti geliat perjuangan itu nyata.
Besarnya rintangan dan
hambatan, justru seiring dengan
laju, suhu, dan daya jelajah
perjuangan itu sendiri.

Mengapa para juru dakwah
mengalami kehilangan narasi?
Ada empat penyebabnya:

1. Dunuwwul Himmah (Rendahnya
motivasi dan visi hidup).
Dakwah yang menyulitkan,
mengejek, menakut-nakuti, atau
menyalah-nyalahkan adalah
model dakwah yang sangat
rendah. Apalagi ada pengklaim
memperjuangkan Syariah-Khilafah,
namun memosisikan akhlak dan
jihad berada di posisi buncit
dalam perjuangannya.

2. 'Adamu Ats-Tsiqqoh bin-Nafsi
(Tidak percaya diri).
Mental tidak percaya diri akan
hadir saat juru-juru dakwah
memiliki mental tangan di bawah.
Atau tak memiliki prestasi nyata
dalam kehidupan. Faaqidussyai
laa yu'thi (orang tenggelam tak
mungkin memberi pualam). Cirinya
mudah. Yaitu mudah dengki,
hasud, iri. Penyakit SMS (Senang
Melihat orang Susah; Susah
Melihat Orang lain Senang). Sibuk
mencari aib. Fitnah dianggap
nasihat. Satu lagi, merasa dirinya
paling benar dan paling dekat
dengan surga.

3. Ghiyaabul Hadfi (Target/tujuan
yang tiak realistis).
Perjuangan yang tidak jelas
targetnya, maka tidak akan jelas
fase-fase perjuangannya.
Perjuangannya cenderung;
"Pokoke". Sayangnya tidak terukur
dalam teritori tertentu. Sebagai
contoh, jika kader satu organisasi
dakwah menguasai satu teritori
selama 5 tahun. Maka target dan
sasaran yang ingin dicapai sangat
jelas. Anggarannya ada. Aparat
dan birokrasi pelaksana juga
tersedia. Lalu bagaimana dengan
organisasi dakwah yang sama
sekali tidak memiliki teritori? Jadi
RT pun tak pernah! Lantas ingin
memimpin dunia?

4. Sijnul Maadhi (Terpenjara masa
lalu).
Sejarah itu adalah bagian dari
kehidupan. Sebagai muslim, kita
tak boleh tercerabut dari akar
sejarah. Namun tak boleh juga
terkungkung dalam nostalgia
masa lalu. Kita cenderung
membangga-banggakan generasi
shahabat, tabi'in, salafus shalih.
Namun sayangnya kita tak pernah
mampu menyerap saripati
kebesaran mereka untuk
direalisasikan dalam kehidupan
saat ini dan akan datang. Lalu
kita hanya menjadi narator
sejarah, bukan kreator sejarah!
Kita agungkan Muhammad AlFatih
sebagai Sang Pemusar
Gelombang! Namun kita tak
pernah memiliki sifat-sifat yang
sama dengan Muhammad Al-
Fatih. Lalu nama AlFatih
ditempelkan menjadi "gelar/
laqob". Bayangkan namanya
AlFatih, AlFaruq, Al-Al lainnya.
Namun akhlak saja tak jelas.
Masih hobi dengan hal-hal
syubhat. Menikmati apa yang
diharamkan. BUkankah merusak
citra AlFatih?

You Might Also Like

0 comments

makasih ya udah baca :)
tambah makasih kalo mau kasih comment dibawah ini ^____^

Popular Posts

Featured post

Disclaimer

Sumber: di sini Saat kemarin membuka blog ini setelah 3 tahun 3 bulan 15 hari berlalu.. saya akhirnya mulai merapikan blog ini kembali ...

My Latest Vlog on Youtube

My latest post on instagram